Selasa, 08 Desember 2009

TERINGAT WANGI SARUNG IBU


Teringat wangi sarung ibu,,,
kau betul kampungmulah yang akan menampung hujan air mata dan gelisah duka,,,,mencicipi sedikit amis hiruk pikuk ternyata membuatku kehilangan tali takdzim kepada tanah basah yang mencatat derap langkah kaki hujan,,,
aku akan pulang mak,,pada rumah panggung kita yang menampung rinai rinai petang,,pada angin angin yang akan memanjakan sarungku,,yang akan membelai kerdungku,,sungguh aku rindu wangi tungku,,rindu musik yang di tepuk gelisah lisung dan halu,,,

aku ingin memelukmu mak,,mencium aroma tungku yang tersisa di gamismu,,aku mau melabuhakn keluh dan mendengar nasihatmu,,,
berikan kembali petuah keramat yang pernah aku tinggalkan di tengah jalan,,yang pernah begitu saja aku telantarkan,,
tak ada wangi tungku di sini,,penghangat tubuh yang paling handal,,tak ada gemercik sumur dan layang layang di lapang ilalang,,tak ada selain hiruk pikuk yang membuat keimananku semakin bungkuk…membuat mata mata manusia semakin pongah juga serakah,,,
apakah ini alasanmu dulu,,ketika kau menjadikan airmatamu pagar batu menghalangi kepergianku?apakah ini alasanamu juga agar aku bersegera pulang ke halaman kita setelah usai dan rampung menyerap berbagai ilmu,,betul, bahwasanya selalu melesat dari renunganku bahwa rumah adalah surga,,adalah tempat aku kembali setelah pencarianku akan segala tak bermuara,,,
kau betul kali ini,,,